Sukseskan Pilkada Serentak 2024

Banyak Korban Meninggal, Anggota Dewan Kehutanan Nasional Soroti Langkah Mitigasi Bencana Pemda Luwu

$rows[judul]
LUWU, KLIKNUSANTARA.COM | Bencana Banjir Bandang disusul Longsor di Kabupaten Luwu setelah diguyur hujan deras dari Kamis sore lalu memberikan penjelasan kongkrit bagaimana kondisi hutan di daerah itu yang tentu saja makin memprihatinkan. 

Luapan air bah dari Sungai Suli dan Sungai Bajo yang tampak coklat pekat yang mengandung material lumpur dan sisa lakukan kayu menunjukkan kondisi penyangga dan tangkapan resapan air alami tak lagi berfungsi. Akibatnya curah hujan dengan intensitas tinggi dan waktu yang lama di hulu tanpa rintangan langsung membanjiri aliran sungai dan meluap hingga pemukiman warga. 

Pilunya lagi, korban jiwa tak terantispasi dan tak terhindarkan. Tercatat sudah belasn korban ditemukan tak bernyawa hingga hari kedua kejadian musibah. Tim penanggulangan dan SAR serta relawan masih berjibaku melakukan upaya penyelamatan dan evakuasi korban bencana. 

Besarnya dampak bencana berupa korban jiwa dan material yang menjangkau belasan kecamatan dan puluhan desa / kelurahan di wilayah Kabupaten Luwu, mengundang pertanyaan atas adanya fungsi mitigasi Pemerintah Kabupaten Luwu dalam meminimalisir resiko bencana. 

Sorotan tajam dari Anggota Dewan Kehutanan yang juga Aktivis Lingkungan, Dr. Abdul Rahman Nur, SH., MH., atas hal itu. Akademisi itu mempertanyakan upaya-upaya antisipasi pemerintah Luwu dalam konteks mitigasi untuk mencegah banyaknya korban jiwa. 

Pertanyaan itu sangat mendasar jika berkaitan dengan kebijakan ansipatif mengingat sudah sejak lama kondisi perubahan cuaca ekstrem telah sering diingatkan dari data-data BMKG. Belum lagi bencana serupa telah terjadi di beberapa daerah yang mestinya memicu kewaspadaan. 

Dalam pandangan Akademisi Universitas Andi Djemma Palopo itu, Pemerintah Kabupaten Luwu dinilai tidak memiliki perencanaan aksi penanggulangan bencana berbasis masyarakat.

“Mestinya dari dulu sudah dibangun desa yang memiliki kapasitas tanggap bencana, sehingga ada upaya mitigasi untuk mengurangi resiko bencana, mengurangi korban jiwa,” tandasnya saat dikonfirmasi redaktur media ini, Sabtu siang (4/5/24). 

Apa lagi kata dia, "kita sudah sama-sama tahu bahwa wilayah kita yang berada disepajang bantaran sungai semuanya daerah rawan bencana".

Dalam kapasitasnya sebagai Anggota Dewan Kehutanan Nasional, menurut Pakar Hukum Lingkungan dan Hukum Adat ini kondisi hutan khususnya di wilayah Kabupaten Luwu sudah sangat merisaukan. 

"Perlu ada perbaikan tata kelolah hutan dan lahan di dataran tinggi kab Luwu, karena kondisi hutan kita di Luwu memang sejak dulu sudah kritis akibat tekanan yang massif terhadap hutan," terangnya. 

Lebih lanjut sosok yang akrab disapa Doktor Maman itu menekankan agar Pemda Luwu baiknya fokus dan serius untuk menangani permasalahan hutan dengan melibatkan masyarakat dan pihak terkait. Termasuk menyiapkan desa yang tanggap bencana agar mengurangi terjadinya risiko dampak bencana yang mengakibatkan adanya korban jiwa seperti sekarang ini. 

Wakil Rektor IV Universitas Andi Djemma itu turut prihatin dan berduka atas musibah yang melanda dengan tiba-tiba. Ia pun berharap agar upaya-upaya serius dari para stakeholder, dalam hal ini terutama Pemda Luwu dan pihak terkait untuk membenahi sistem mitigasi bencana dan secara berkelanjutan memperbaiki tata kelola hutan di daerah ini...****

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)