DAMPAL UTARA, Kliknusantara| Krisis sumber air untuk pengairan sawah di Desa Stadong memaksa Kepala Desanya, Amrin Halim menerapkan kebijakan penggiliran agar tak terjadi konflik di antara petani sawah.
Hal itu diungkapkannya saat dikonfirmasi media ini Sabtu malam (3/8/24), berkenaan hamparan lahan terlantar yang terlihat menyolok saat melintasi desa tersebut.
Amrin menuturkan bahwa yang dihadapi petani sawah di desanya adalah krisis sumber air. Artinya pasukan air untuk sawah yang telah berlangsung cukup lama, bukan hanya belasan tahun tak mencukupi untuk sekitar 200 H sawah yang ada di Stadong.
"Bahkan hanya mampu setengahnya atau malah tidak sampai setengah luasan sawah buang ada," ungkap Amrin.
Untuk mengatasi krisis yang entah kapan bisa diatasi itu, Amrin mengaku terpaksa menerapkan pembagian air bergilir sesuai kesepakatan dengan warga petani.
"Terpaksa bergiliran. Mau diatasi, kami kekurangan anggaran. Dana Desa tak mampu menjangkau," ujarnya.
Amrin mengakui bahwa kondisi itu amat memprihatinkan karena warga terpaksa menempuh langakah itu setiap tahunnya, padahal kebutuhan hidup dan perekonomian mereka bersandar pada sawah itu.
Berbagai upaya dihadirkan, namun karena kemampuan pemerintah desa amat terbatas, hingga kini belum juga membuahkan hasil.
Beberapa tahun sebelumnya, sekitar 5 tahun lalu, kata Amrin, sempat ada program dari pemerintah Kabupaten Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, pemasangan pompa, namun tidak dapat bekerja maksimal sesuai harapan.
"Kalau pompa dari sumur suntik, karena sudah dicoba lalu dari Dinas Pertanian Kabupaten, tidak ada hasil. Upaya lain, membuat saluran irigasi, agak sulit karena butuh anggaran besar. Apa lagi ketinggiannya dari permukaan sungai besar di Pangkung itu 8 meter," urainya.
Lebih jauh dikatakan, "hanya ada dua solusi yang mungkin, yaitu penyedotan air dari sungai atau jika irigasi sawah Ogilali terwujud, kami menyambung sampai disini, cuma lagi-lagi dananya tidak mencukupi kalau Dana Desa".
"Usulan lewat Musrenbang, juga tidak pernah bisa masuk. Bukan cuma air, usulan peralatan pengolahan dan juga perlatan panen, Kombain, saja sampai sekarang tidak ada kejelasan," tuturnya.
Amrin mengaku tak mengerti sebabnya, meski di Dampal Utara sawahnya tak sebanding dengan Kecamatan Dampal Selatan dan Kecamatan Dondo, namun ia mengatakan persawahan itu cukup baik hasilnya dan dapat diandalkan untuk penghidupan ekonomi warganya.
Tentu kata Amrin, kalau pasokan air bagus, maka dapat mensejahterakan sebagian besar warga Stadong. Karena dia dusunnya yaitu Dusun Bakka dan Dusun Bantoli masing-masing memiliki hamparan sawah sekitar 100 Ha. Masa yang lalu hamparan itu terkenal hasil sawahnya.
Disinggung soal alih fungsi dari persawahan ke pertanian palawija seperti jagung atau kedelai dan sejenisnya, Amrin mengatakan sebagian besar petani sawah tidak setuju.
"Sudah pernah ada yang dari BPP usulkan untuk sawah yang belum kena giliran supaya ditanami jagung, petani menolak," sebutnya.
Adapun berkaitan dengan pupuk, Kepala Desa Stadong itu mengaku untuk desahnya bagus dan tersedia dengan baik.
"Kalau pupuk agak mendingan karena ada persediaan sesuai RDKK (Rencana Definitif Kegiatan Kelompok), yang menjadi dasar pasikan pupuk," imbuhnya.
Hingga berita ini naik tayang, belum dapat diperoleh konfirmasi dan penjelasan dari Otoritas terkait di Pemda Tolitoli terkait kendala pengairan sawah di Stadong tersebut... (Tim).
Tulis Komentar